Persistensi Inflasi Regional di Sulawesi Selatan

Main Article Content

nFN Azwar

Abstract

The objective of this study is to analyse the persistence of inflation level and the contribution of a number of commodities (goods and services) againts the forming of persistence inflation level in South Sulawesi. In addition, this study seeks to reveal the role of Regional of Inflation Oversight Team (TPID) in controlling inflation level.  Using the firsth quarter data of Central Bank from 2006 to 2016, this study developed estimation by using applying Univariate Autoregressive (AR) Model. The study proved that the level of inflation persistence in South Sulawesi was high. This result indicates that the inflation level needs time to return from the inflation “shock” level to its natural level. The high level of inflation persistence was reflected by the length of time needed to absorb 50% of shocks occurred, before returning to its natural level in 13 months. Using the Partial Adjustment Model (PAM), it showed that the inflation persistence in South Sulawesi was mainly caused by the “shock’ occurred on a group of housing, water, electricity, gas and fuel as administered price group and on a group of food as volatile food group. In addition, the existence of TPID, as an effort to coordinate monetary and regional fiscal policy, has been proved to have a negative correlation against regional inflation in South Sulawesi.    


Abstrak


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat persistensi inflasi di Sulawesi Selatan dan kontribusi sejumlah komoditas atau kelompok barang/jasa terhadap pembentukan persistensi inflasi di Sulawesi Selatan. Selain itu, penelitian ini juga melihat peranan Tim Pemantau dan Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam menjalankan fungsi pengendalian inflasi. Dengan menggunakan data time series triwulan I tahun 2006 s.d. 2016 yang bersumber dari publikasi Bank Indonesia, penelitian ini melakukan estimasi dengan pendekatan Univariate Autoregressive (AR) Model. Hasil Penelitian membuktikan bahwa Inflasi di Sulawesi Selatan memiliki derajat persistensi yang tinggi. Persistensi inflasi yang tinggi mengindikasikan bahwa inflasi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali ke nilai alamiahnya setelah adanya shock. Tingginya derajat persistensi inflasi Sulawesi Selatan tercermin dari lamanya jangka waktu yang dibutuhkan oleh inflasi untuk menyerap 50% shock yang terjadi sebelum kembali ke nilai alamiahnya yaitu selama 13 bulan. Dengan model Partial Adjustment Model (PAM) diketahui bahwa persistensi inflasi Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh shock yang terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebagai kelompok administered price dan kelompok bahan makanan sebagai kelompok volatile foods. Selain itu, keberadaan TPID sebagai upaya untuk mengoordinasikan kebijakan moneter dan fiskal regional dalam rangka mengontrol laju inflasi, terbukti memiliki arah hubungan negatif terhadap inflasi regional di Sulawesi Selatan.

Article Details

How to Cite
Azwar, nFN. (2017). Persistensi Inflasi Regional di Sulawesi Selatan. Indonesian Treasury Review: Jurnal Perbendaharaan, Keuangan Negara Dan Kebijakan Publik, 2(1), 17-34. https://doi.org/https://doi.org/10.33105/itrev.v2i1.12
Section
Articles

References

Alamsyah, Halim. (2008). Persistensi Inflasi dan Dampaknya Terhadap Pilihan dan Respons Kebijakan Moneter. Disertasi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Arimurti, Trinil dan Trisnanto, Budi. (2011). Persistensi Inflasi Di Jakarta dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pengendalian Inflasi Daerah. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Bank Indonesia. (2010). Persistensi Inflasi Studi Di Kota Palangkaraya dan Sampit. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV.
Bank Indonesia Kendari. 2010. Penelitian Persistensi Inflasi Sulawesi Tenggara.
Bank Indonesia (2014). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 2014. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan.
Bank Indonesia (2015). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 2015. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan.
Bank Indonesia (2016). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 2016. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan.
Carlino, Gerald dan Robert Defina. (1998). The Differential Regional Effects of Monetary Policy. The Review of Economics and Statistics, Vol. 80, No.4, November 1998. pp.572-587.
Enders, Walter, 2004, Applied Econometric Time Series. 2nd Edition, New York: John Wiley and Sons, Inc.
Gujarati, Damodar (2004). Basic Econometrics, Fourth-Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
Iswardono (1997). Kebijakan Moneter di Indonesia (Indonesian Monetary Policy). Journal of Economics, FE UII, No. 2, Vol. 3, 1997.
Harmanta. (2009). Kredibilitas Kebijakan Moneter dan Dampaknya terhadap Persistensi Inflasi dan Strategi Disinflasi di Indonesia: dengan Model Dynamic Stochastic General Equilibrium (DSGE). Jakarta: Fakultas Ekonomi Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia.
Hidayat, Fatimah. (2013). Analisis Persistensi Inflasi Jawa Timur: Suatu Pendekatan Sisi Penawaran. Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang.
Marques, Carlos Robalo. (2004). Inflation Persistence: Facts Or Artefacts?. Working Paper Series no. 371.
Nopirin (1994). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro (Edisi Pertama). Yogyakarta: BPFE.
Samuelson, PA, dan Nordhaus WD (2004). Ilmu Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas, Diterjemahkan oleh Gretta, Theresa Tanoto, Bosco Carvallo, dan Anna Elly. PT. Media Global Edukasi, Jakarta.
Subekan, Achmat, Azwar. (2016). Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal Regional Terhadap Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Regional dan Pembuktian Flypaper Effect di Era Desentralisasi Fiskal di Sulawesi Selatan. Kajian Akademis BPPK Kementerian Keuangan Tahun 2016.
Wimanda, Rizki E. (2006). Regional Inflation in Indonesia: Characteristic, Convergence, and Determinants. Bank Indonesia Working Paper, No.13, Oktober 2006.
Yanuarti, Tri. (2007). Has Inflation Persistence in Indonesia Changed?. Working Paper Bank Indonesia.